- Pengertian Perubahan Sosial
Pada
dasarnya masyarakat pasti akan mengalami perubahan. Perubahan tersebut dapat
diketahui dengan cara membandingkan keadaan masyarakat pada masa atau periode
tertentu dengan keadaan masyarakat pada masa lampau (masa sebelumnya).
Perubahan yang terjadi pada masyarakat pada dasarnya adalah proses
terus-menerus, karena masyarakat bersifat dinamis. Di dalam masyarakat satu
dengan masyarakat lainnya perubahan tidak terjadi secara bersamaan, karena
setiap masyarakat ada yang mengalami perubahan secara cepat dan lambat, karena
disebabkan banyak faktor yang mempengaruhi.
Perubahan
sosial dapat disimpulkan bahwa perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat
yang mencakup perubahan dalam aspek-aspek struktur pada masyarakat, ataupun
perubahan karena terjadinya perubahan dari faktor lingkungan, karena berubahnya
komposisi penduduk, keadaan geografis, maupun karena berubahnya system hubungan
sosial.
1. Teori Perubahan Sosial
Teori Linier
atau Teori Perkembangan
Perubahan
sosial budaya bersifat linier atau berkembang menuju titik tertentu, dapat
direncanakan atau diarahkan, bahwa setiap masyarakat berkembang melaui tahapan
yang pasti.
Teori Linier
dibedakan menjadi:
- Teori evolusi
Perubahan
sosial budaya berlangsung sangat lambat dalam jangka waktu lama. Perubahan
sosial budaya dari masyarakat primitif, tardisional dan bersahaja menuju
masyarakat modern yang kompleks dan maju secara bertahap.
- Teori Revolusi
Perubahan
sosial menurut teori revolusi adalah perubahan sosial budaya berlangsung secara
drastic atau cepat yang mengarah pada sendi utama kehidupan masyarakat
(termasuk kembaga kemasyarakatan). Karl Marx berpendapat bahwa masyarakat
berkembang secara linier dan bersifat revolusioner, dari yang bercorak feodal
lalu berubah revolusioner menjadi masyarakat kapitalis kemudian berubah menjadi
masyarakat sosialis – komunis yang merupakan puncak perkembangan masyarakat
Suatu
revolusi dapat berlangsung dengan didahului suatu pemberontakan (revolt
rebellion). Adapun syarat revolusi adalah :
ada
keinginan umum mengadakan suatu perubahan
adanya
kelompok yang dianggap mampu memimpin masyarakat
pemimpin
harus mampu manampung keinginan masyarakat
pemimpin
menunjukkan suatu tujuan yang konkret dan dapat dilihat masyarakat
adanya
momentum untuk revolusi
Teori
Fungsional
Talcott
Parsons melahirkan teori fungsional tentang perubahan. seperti para
pendahulunya, Parsons juga menganalogikan perubahan sosial pada masyarakat
seperti halnya pertumbuhan pada mahkluk hidup. Komponen utama pemikiran Parsons
adalah adanya proses diferensiasi.
Parsons
berasumsi bahwa setiap masyarakat tersusun dari sekumpulan subsistem yang
berbeda berdasarkan strukturnya maupun berdasarkan makna fungsionalnya bagi
masyarakat yang lebih luas. Ketika masyarakat berubah, umumnya masyarakat
tersebut akan tumbuh dengan kemampuan yang lebih baik untuk menanggulangi
permasalahan hidupnya. Dapat dikatakan Parsons termasuk dalam golongan yang
memandang optimis sebuah proses perubahan.
Bahasan
tentang struktural fungsional Parsons ini akan diawali dengan empat fungsi yang
penting untuk semua sistem tindakan. Suatu fungsu adalah kumpulan kegiatan yang
ditujukan pada pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Parsons
menyampaikan empat fungsi yang harus dimiliki oleh sebuah sistem agar mampu
bertahan, yaitu:
Adaptasi,
sebuah sistem harus mampu menanggulangu situasi eksternal yang gawat. Sistem
harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Pencapaian,
sebuah sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya.
Integrasi,
sebuah sistem harus mengatur hubungan antar bagian yang menjadi komponennya.
Sistem juga harus dapat mengelola hubungan antara ketiga fungsi penting
lainnya.
Pemeliharaan
pola, sebuah sistem harus melengkapi, memelihara dan memperbaiki motivasi
individual maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi.
Teori
struktural fungsional mengansumsikan bahwa masyarakat merupakan sebuah sistem
yang terdiri dari berbagai bagian atau subsistem yang saling berhubungan.
Bagian-bagian tersebut berfungsi dalam segala kegiatan yang dapat meningkatkan
kelangsungan hidup dari sistem. Fokus utama dari berbagai pemikir teori
fungsionalisme adalah untuk mendefinisikan kegiatan yang dibutuhkan untuk
menjaga kelangsungan hidup sistem sosial. Terdapat beberapa bagian dari sistem
sosial yang perlu dijadikan fokus perhatian, antara lain ; faktor individu,
proses sosialisasi, sistem ekonomi, pembagian kerja dan nilai atau norma yang
berlaku.
Pemikir
fungsionalis menegaskan bahwa perubahan diawali oleh tekanan-tekanan kemudian
terjadi integrasi dan berakhir pada titik keseimbangan yang selalu berlangsung
tidak sempurna. Artinya teori ini melihat adanya ketidakseimbangan yang abadi
yang akan berlangsung seperti sebuah siklus untuk mewujudkan keseimbangan baru.
Variabel yang menjadi perhatian teori ini adalah struktur sosial serta berbagai
dinamikanya. Penyebab perubahan dapat berasal dari dalam maupun dari luar
sistem sosial.
Teori
Konflik
Teori
konflik adalah teori yang memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi melalui proses
penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan,
tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi
yang berbeda dengan kondisi semula. Teori ini didasarkan pada pemilikan sarana-
sarana produksi sebagai unsur pokok pemisahan kelas dalam masyarakat.
Teori
konflik muncul sebagai reaksi dari munculnya teori struktural fungsional.
Pemikiran yang paling berpengaruh atau menjadi dasar dari teori konflik ini
adalah pemikiran Karl Marx. Pada tahun 1950-an dan 1960-an, teori konflik mulai
merebak. Teori konflik menyediakan alternatif terhadap teori struktural
fungsional.
Pada saat
itu Marx mengajukan konsepsi mendasar tentang masyarakat kelas dan
perjuangannya. Marx tidak mendefinisikan kelas secara panjang lebar tetapi ia
menunjukkan bahwa dalam masyarakat, pada abad ke- 19 di Eropa di mana dia
hidup, terdiri dari kelas pemilik modal (borjuis) dan kelas pekerja miskin
sebagai kelas proletar. Kedua kelas ini berada dalam suatu struktur sosial
hirarkis, kaum borjuis melakukan eksploitasi terhadap kaum proletar dalam
proses produksi. Eksploitasi ini akan terus berjalan selama kesadaran semu
eksis (false consiousness) dalam diri proletar, yaitu berupa rasa menyerah
diri, menerima keadaan apa adanya tetap terjaga. Ketegangan hubungan antara
kaum proletar dan kaum borjuis mendorong terbentuknya gerakan sosial besar,
yaitu revolusi. Ketegangan tersebut terjadi jika kaum proletar telah sadar akan
eksploitasi kaum borjuis terhadap mereka.
Ada beberapa
asumsi dasar dari teori konflik ini. Teori konflik merupakan antitesis dari
teori struktural fungsional, dimana teori struktural fungsional sangat
mengedepankan keteraturan dalam masyarakat. Teori konflik melihat pertikaian
dan konflik dalam sistem sosial. Teori konflik melihat bahwa di dalam
masyarakat tidak akan selamanya berada pada keteraturan. Buktinya dalam
masyarakat manapun pasti pernah mengalami konflik-konflik atau
ketegangan-ketegangan. Kemudian teori konflik juga melihat adanya dominasi, koersi,
dan kekuasaan dalam masyarakat. Teori konflik juga membicarakan mengenai
otoritas yang berbeda-beda. Otoritas yang berbeda-beda ini menghasilkan
superordinasi dan subordinasi. Perbedaan antara superordinasi dan subordinasi
dapat menimbulkan konflik karena adanya perbedaan kepentingan.
Teori
konflik juga mengatakan bahwa konflik itu perlu agar terciptanya perubahan
sosial. Ketika struktural fungsional mengatakan bahwa perubahan sosial dalam
masyarakat itu selalu terjadi pada titik ekulibrium, teori konflik melihat
perubahan sosial disebabkan karena adanya konflik-konflik kepentingan. Namun
pada suatu titik tertentu, masyarakat mampu mencapai sebuah kesepakatan
bersama. Di dalam konflik, selalu ada negosiasi-negosiasi yang dilakukan
sehingga terciptalah suatu konsensus.
Menurut
teori konflik, masyarakat disatukan dengan “paksaan”. Maksudnya, keteraturan
yang terjadi di masyarakat sebenarnya karena adanya paksaan (koersi). Oleh
karena itu, teori konflik lekat hubungannya dengan dominasi, koersi, dan power.
Terdapat dua tokoh sosiologi modern yang berorientasi serta menjadi dasar
pemikiran pada teori konflik, yaitu Lewis A. Coser dan Ralf Dahrendorf.
Perbedaan
Antara Teori Fungsional dan Teori Konflik :
PERSEPSI
TENTANG
|
TEORI
FUNGSIONAL
|
TEORI
KONFLIK
|
MASYARAKAT
|
Suatu
system yang stabil dari kelompok-kelompok yang bekerja sama
|
Suatu
system yang tidak stabil dari kelompok-kelompok dan kelas-kelas yang
saling bertentangan
|
KELAS
SOSIAL
|
Suatu
tingkat status dari orang-orang yang memperoleh pendapatan
dan
memiliki gaya hidup yang serupa. Berkembang dari isi perasaan orang
dan kelompok yang berbeda.
|
Sekelompok
orang yang memiliki kepentingan ekonomi dan kebutuhan kekuasaan yang
serupa . Berkembang dari keberhasilan sebagian orang dalam mengeksploitasi
orang lain
|
PERBEDAAN
SOSIAL
|
Tidak
dapat dihindarkan dalam susunan masyarakat yang kompleks. Terutama disebabkan
perbedaan kontribusi dari kelompok-kelompok yang berbeda
|
Tidak
perlu dan tidak adil. Terutama disebabkan perbedaan dalam kekuasaan. Dapat
dihindarkan dengan jalan penyusunan kembali masyarakat secara sosialistis
|
PERUBAHAN
SOSIAL
|
Timbul
dari perubahan kebutuhan fungsional masyarakat yang terus berubah
|
Diapaksakan
oleh suatu kelas terhadap kelas lainnya untuk kepentingan kelas pemaksa
|
TATA
TERTIB SOSIAL
|
Hasil
usaha tidak sadar dari orang-orang untuk mengorganisasi kegiatan –kegiatan
mereka secara produktif
|
Dihasilkan
dan dipertahankan oleh pemkasa yang terorganisasi oleh kelas-kelas yang
dominan.
|
NILAI-NILAI
|
Konsensus
atas nilai-nilai umum dan kesetiaan yang mempersatukan masyarakat
|
Menanamkan
nilai-nilai dan kesetiaan yan melindungi golongan yang mendapat hak-hak
istimewa
|
LEMBAGA-LEMBAGA
SOSIAL
|
Menanamkan
nilai-nilai umum dan kesetiaan yang mempersatukan masyarakat
|
Menanamkan
nilai-nilai dan kesetiaan yang melindungi golongan yang mendapat hak-hak
istimewa.
|
HUKUM DAN
PEMERINTAHAN
|
Menjalankan
peraturan yang mencerminkan consensus nilai-nilai masyarakat.
|
Menjalankan
peraturan yang dipaksakan oleh kelas yang dominan untuk melindungi hak-hak
istimewa
|
- C. Proses Perubahan Sosial
Perubahan sosial terjadi pada setiap masyarakat.
Bagaimanakah proses terjadinya perubahan sosial? Perubahan sosial dapat terjadi
melalui penemuan dan difusi.
Invention
Invensi yaitu proses di mana ide-ide baru diciptakan
dan dikembangkan sehingga ide- ide atau penemuan- penemuan baru tersebut dapat
diakui, diterima dan diterapkan dalam kehidupan masyarakat. Sebagai contoh,
pada proses penciptaan pesawat terbang oleh Orville dan Wilbur mereka
menggabungkan beberapa konsep-konsep dengan cara menempatkannya dengan
bersamaan, sehingga akhirnya terciptalah pesawat terbang.
Difusi
Difusi ialah proses di mana ide-ide baru itu
dikomunikasikan ke dalam system social. Pengkajian difusi adalah telaah tentang
pesan-pesan yang berupa gasasan baru, sedangkan pengkajian komunikasi meliputi
telaah terhadap semua bentuk pesan. Difusi bukanlah sebuah bentuk pesan biasa,
namun pesan yang disampaikan adalah sebuah ide baru yang mempunyai pengaruh
yang besar dalam sebuah system social. Dalam hal menyampaikan pesan serta ide
baru perlu memperhatikan aspek waktu dalam mengambil sebuah keputusan.
Dengan demikian difusi dapat dikatakan sebagai “
proses persebaran dari unsure-unsur kebudayaan dari seseorang ( individu ) ke
individu yang lain, dari individu yang lain, dari satu masyarakat ke masyarakat
yang lain.”
Proses yang tersebut pertama ialah persebaran dari
individu ke individu yang lain didalam batas satu masyarakat disebut difusi
intra masyarakat atau intra-diffusion, dan proses yang kedua ialah, persebaran
dari masyarakat ke masyarakat disebut difusi inter masyarakat atau inter
diffusion.
Proses persebaran berlangsung baik didalam masyarakat,
dan diantara masyarakat-masyarakat. Misalnya, Jaz adalah musik orsinil diantara
musisi berkulit hitam di New Orleans, dan menjadi tersebar ke kelompok lain
didalam masyarakat itu, hingga akhirnya ia tersebar ke masyarakat lain, dan
bahkan kini telah menyebar menjadi peradaban dunia. Difusi berlangsung kapan
saja masyarakat mengadakan kontak. Proses difusi selalu melalui dua arah.
Difusi unsur budaya tidak mengambil bentuk adopsi yang
sepenuhnya. Hal ini dapat dicontohkan Negara Jepang yang bisa menerima
kapitalisme dan menguasai elemen lainnya tanpa terpengaruh bentuk
kepemerintahan Amerika, gaya keperbisnisan dan struktur sosialnya.
Sebagian besar unsur struktur sosial yang diadopsi
tidak terbentuk dari awal. Namun yang menjadi kekuatan vital dalam mengubah
struktur sosial yang kompleks tersebut adalah terciptanya suatu penemuan baru.
Sebagai kesimpulan bahwa dalam menciptakan perubahan
social tentunya perlu pengkajian beberapa factor yang dapat menjadi bahan
referensi untuk mengambil sebuah tindakan. Dan yang menjadi hal awal dalam
mengeluarkan ide baru kemudian nantinya akan dikomunikasikan (difusi) adalah pemahaman
tentang keadaan dan latar belakang suatu wilayah yang mempunyai tradisi dan
kebudayaan yang berbeda dengan kita.
Bally's New Jersey Promo Code - $25 No Deposit Casino
BalasHapusBally's New Jersey is 부천 출장안마 rolling out a 의정부 출장샵 special 상주 출장안마 bonus for players. 여수 출장샵 The new NJ 속초 출장안마 bonus is called the 'Biggest Casino Promo Code Ever' and it's available now